Berani. Aku kurang berani mengatakannya. Melihat wajahnya yg tampak
hadir dipikiranku ini saja ciut. Selama ini ingin ungkapkan perasaanku padanya.
Hal yang benar benar ingin ku katakan dari hati yang paling dalam. Ya, cukup
dua kata sajalah. Saat ini sudah cukup dengan dua kata.
Aku akan katakan itu
sekarang. [Masih gugup]
Kutekan panggil lalu ku katakan.
“Selamat tinggal.”
Kujatuhkan handphone duluan.
-jebuurrr...
Tenggelamkan diriku dalam sungai gelap malam.
Aku muak dengan ayah yg
keras kepala menjodohkan.
Mati saja.
...
gue lagi di blog apaan nih...
BalasHapusceritanya kelam gini... akhirnya ngagetin..keren bro!
hahah... tengkyu bro dah mampir,, siapapun anda
Hapus