Rabu, 26 Februari 2014

Yakin?

“Ibumu mana dek? Kok belum pulang? Sendirian? Ini kan sudah gelap? Kenapa masih main diluar? Memangnya tidak takut? Ayo aku antar kerumahmu.” [Baiknya aku]

“Aku belum mau pulang, kak. Aku masih ingin diluar.” Jawab anak tersebut. “Aku masih ingin melakukan ini. Dan aku tidak takut.”

 “...” Aku bingung pada saat itu.

 “Kakak sendiri bagaimana? Kan sudah malam,” Anak kecil itu berbalik menanyaiku “tidak takut, kak?”

 “Ehh... Tidak, kakak tidak takut.” Aku menjawabnya “Kakak-an sudah besar.”

 “Yakin?” Ledek anak kecil itu padaku “Coba tengok kebelakang deh, kak.”

Aku pun menengok, dan yang aku lihat hanya sebongkah kayu besar yang mengayun ke arah kepalaku dengan cepat.

-Brukk!!

Aku roboh dan pingsan.

***

Saat aku sadar, keadaan sudah pagi -kurasa. Pertama kali kulihat saat mataku terbuka adalah orang-orang dewasa yang terikat. Aku pun juga terikat. Sepuluh atau sebelas orang yang berada dalam ruangan itu -aku kurang yakin dengan hitunganku. Kemudian pintu pun terbuka. Seorang lelaki besar berpakaian kusut masuk ke dalam dan menyeret salah satu dari kami. Seorang pria berpakaian Oranye dengan celana pendek. Dia berteriak dan memohon.

Saat itu aku langsung melihat kearah pintu. Yang kudapakatkan adalah anak kecil yang tadi malam kutemui dijalan, dan kulihat dia sedang berbicara dengan seorang wanita tua.

“Nek, hari ini kita masak apa?”

“Hmm... Bagaimana kalau kita buat sup dan dipanggang saja?” Jawab nenek itu. “Bagaimana?”

“Boleh juga. Aku siapkan dulu ya kayu bakarnya. ” Lelaki besar berpakaian kusut itu menimpali.

“Yeay! Panggang! Aku bagian Kaki ya! Untuk sup-nya, mata buat ku! “ Anak itu kegirangan.

-Brukk!!

Pintu pun ditutup kembali. Yang kudengar hanya teriakan pelan lelaki oranye dari balik pintu itu.




                        Apa aku yakin ini terjadi padaku?
Apa aku yakin ini benar-benar terjadi?
Apa ini sekedar mimpiku saja? Yakin?
Apa aku yakin sudah dewasa dan tidak takut keluar malam.
Sepertinya aku yakin untuk tidak yakin



...

Senin, 17 Februari 2014

Bibiku Hebat

Aku terbangun di tengah malam. Tepatnya malam dua hari kemarin. Tidak biasanya aku terbangun seperti itu. Yah, hanya malam itu saja. Memang saat itu keadaanku memang tidak terlalu fit. Tapi aneh saja untukku. [Sebatas diriku saja]

Malam itu aku benar-benar tidak bisa tertidur lagi. Mataku susah untuk dipejamkan untuk terlelap. Aku pun mulai bingung apa yang sebaik aku lakukan waktu itu. Lalu aku mengingat apa tentang kajadian siang hari sebelumnya. Bibiku baru saja memberitahu kalau ia membuat akun twiiter. Dan mungkin ia telah mem-follow ku sekarang. Kemudian aku membuka laptopku dan mengeceknya.

Memang kamarku terlalu gelap untuk orang berkacamata sepertiku. Tapi saklar lampu terlalu jauh untukku yang pemalas. Dikegelapan aku membuka laptopku yang cahayanya menyilaukan-jelas saja. Kulihat akun twitter ku langsung. Dan yeah, Bibiku mem-follow ku. Foto yang ia pakai sebagai ava-nya pun terlihat lucu. Aku tersenyum sekilas waktu itu. Sebagai orang yang baru membuat akun, Bibiku sudah mendapatkan 130 follower sekaligus. Belum 4 hari dari dibuatnya itu sangat mengangumkan. Aku saja tidak lebih dari 200 yang sudah selama 1 tahun ini. Bibiku memang hebat.

Aku pun melihat-lihat time-line nya.

Hari yang cerah! untuk jiwa yang tercurahkan #menyenangkan #whataday
           
Dengan jumlah retweet yang banyak.

Cukup untuk hari ini deh #capek 

Bibiku sangat intens sekali menggunakan twitter-nya.  Dan itu hanya sejam yang lalu apa yang ia tweet. Aku terus kebagian bawah. Dan saat itu aku tercengang dengan apa yang kulihat. Ia mengunggah foto dirinya bersama sekumpulan badan manusia dan keseluruhannya dilumuri darah merah yang pekat. Bibiku terlihat tersenyum. Dan banyak sekali yang me-retweetnya. Aku bergidik dan heran. "Apa ini asli?" hanya itu yang ada dibenakku saat itu.

Masih dalam keadaan yang membuatku merinding, ku teruskan kebagian bawahnya. Sekumpulan badan manusia dengan lumuran darah dan pose bibiku yang berbeda terpampang, senyum Bibiku tetap hadir didalamnya. Aku makin bergidik. Aku tidak percaya apa yang aku lihat. Itu semua nampak asli bukan seperti rekayasa. Jikapun rekayasa, Bibiku yang kukenal tidak menyukai hal- hal seperti itu. Aku heran.

Jika ada yang membutuhkan jasa untuk membunuh temanmu ataupun siapapun, hubungi aku ya!(gratis) #killisfun

Saat membaca itu aku gemetar. Orang yang ku kenal selama ini dan aku sayangi adalah seorang pembunuh.

Aku pun kembali ke bagian atas time-line. Kulihat twit terbarunya muncul. Dan itu sekitar 10 menit yang lalu pada saat itu. Jarak pandangku pun menjauh dari layar secara reflek saat membacanya.

Suntuk nih malam ini. Cari mangsa lagi ah..Gak usah jauh-jauh, keponakanku aja deh malam ini #killisfun

-Tok!! Tok!!! Tok!!!

Aku tejatuh dari kursiku saat tiba-tiba ketukan keras pintu itu terdengar. Aku panik dan dan takut. Aku gemetar dan tak tahu harus melakukan apa.

-Tok!! Tok!!! Tok!!! Tok!!!

"Pergi sana!!! Dasar pembunuh keji!! Aku gak percaya Bibi seperti itu!!" Itu yang aku katakan pada saat itu.

"Ssst!! Pelan-pelan! Nanti Ibumu terbangun,"" Bibiku berbicara pelan dari luar. " Bibi janji nanti menggoroknya pelan-pelan juga kok."

Suasana semakin terasa seperti film-film serial killer yang sering aku tonton. Sangat mencekam dan takut. Kemudian aku ingat sesuatu dan itu yang menolongku hingga aku bisa menceritakan ini sekarang. Gunting besar untuk kain yang kusimpan didalam laci lemariku. Itu menjadi senjataku untuk mempertahankan diri. Saat itu aku sadar memang pintuku tidak terkunci. Dan bibiku bisa saja langsung membukanya lalu membunuhku. Tapi dia terlihat asik bermain-main menakutiku dari perkataannya.

Aku lalu langsung bersembunyi ke lemari bajuku dan berusaha tenang. Kudengar pintunya terbuka. Suara hentakan kakinya pun terdengar. Pelan-pelan lalu kencang seperti berlari dan langsung ke arah lemari dimana aku bersembunyi. Ia langsung membukanya, Aku pun was-was dan tidak ambil pusing aku mendorongnya keras terjatuh dan dengan sekuat tenaga aku menancapkan gunting besar itu ke bagian jantungnya dan kebagian lainnya secara brutal.

Bibiku mati ditempat kemudian aku pun selamat. Seperti sekarang ini. Oh iya saat itu bibiku membawa dua golok besar sebagai senjata untuk membunuhku.

Jadi sebagai sahabatku, bagaimana pendapatmu kalau aku mengikuti cara bibiku untuk mendapatkan follower yang banyak seperti itu? Mungkin aku akan akan terkenal dan menjadi pembicaraan di sosial media. Dan mungkin aku akan membuat blog pribadi khusus untuk foto-foto korban dan untuk menyapa fans ku nantinya. Bagaimana? Lalu senjata apa ya yang akan kupakai nantinya? Menurutmu apa? Gergaji mesin atau gergaji biasa saja? Atau pisau kecil saja cukup? Hei sahabat! Bagaimana?? Apa kau mau jadi korban pertamaku? Hei!! Jangan diam saja!! Jawab!!!!!




Aku masih menunggu pendapat sahabatku.
Dia selalu mengerti aku kok.
Lihat saja, dia duduk terikat dipojok kamarku ini.
#killisfun



...










Senin, 10 Februari 2014

Iya

Aku sedang menatapnya. Menatapnya penuh harap. Menunggu jawaban yang pasti dari dirinya. Kuharap dia menjawab "iya". Bukan ingin memaksa, tapi kuharap. Aku tidak peduli dengan orang lain. Aku hanya peduli dengannya. Dia yang sedang dihadapanku, yang ku tembak sepuluh menit yang lalu. [Dag-dig-dug]

Saat ini aku masih menunggu jawaban dari pertanyaan-Apakah kau mau menjadi kekasihku? Dia begitu lama menjawabnya. Ahh.. Jantungku berdegup cepat. Momen valentine nanti aku akan bersama dia, jika "iya". Ingin segera mengetahui jawabannya. Aku masih menunggu. Tiga puluh menit sudah, dia belum juga menjawab. Hanya kesunyian dan cucuran darah yang mengalir dari kepalanya yang menetes ke telapak tanganku. Dia masih saja diam.



Apa salah kalau aku menembak dia dengan senapan milik ayah tepat dikepalanya?
Apa salah kalau aku belum meminum obat penyembuhanku selama 5 hari belakangan ini?
Cinta memang aneh -menanti ucapan "iya" saja susah.





...

Selasa, 04 Februari 2014

Jodoh

Setiap orang mempunyai nasib, harta, dan jatah umur masing-masing. Begitu pula dengan jodoh, semua orang pasti akan punya pasangan hidupnya. Kata orang sih, masih kata orang. Aku yang berkepala 3 ini masih menunggu perkataan harapan itu. Semakin tua umurku, semakin aku mengharapkan jodoh datang padaku. [Motivasiku-basi]

Aku berkecukupan. Aku berpendidikan. Aku tampan--menurutku saja. Ya, walaupun aku masih tinggal dirumah orang tua. Tapi aku mandiri. Jika ditanya apa aku siap nikah, aku berani teriak dengan lantang, SIAPPP!!! Tapi masalahnya jodoh untukku belum ada saja. Ya, itu saja.

Disaat umur semakin tua, badan menjadi lemah, rambut menjadi putih samar abu-abu, seharusnya seorang istri menemani sampai akhir hayat. Aku yang belum menemukan jodoh ini, hanya akan mati bujang di rumah orangtuaku ini bersama dua saudara....

“Ram, Rem, Rom!!!” teriak bunda dari luar. “Makan malamnya sudah siap, ayo makan!”
“Tuh, dah dipanggil. Ayo makan!” Rem berbicara cepat.
“Tau nih, ayo cepetan. Lama banget nulis curhatan diforum. Gue laper nih.” Ram ikut menimpali.
“Sebentar, dikit lagi nih.” Jawabku agak kesal.

---mati bujang di rumah orangtuaku ini bersama dua saudara kembar siamku nantinya. Ah, sial. Susahnya menjadi seorang berkepala tiga.

Jika diantara kalian yang membaca curhatanku ini, dan mau menerima aku apa adanya. Mungkin kamu adalah jodohku.
           
Sekian.

“Udah belum? Lama banget!” Ram mulai ngeyel lagi.
“Udah, udah. Nih tinggal di submit dulu.” Jawabku cepat. ”Nah, udah deh. Ayo kita makan!”
           



             Yah, hidup berpasangan hak semua orang.
Berharap jodoh yang menerima apaadanya memang susah.
Seandainya orang tuaku dulu memutuskan memisahkan dua kepala diantara kami, mungkin aku yang hidup saat ini akan mendapatkan jodoh dan hidup normal.
Ah,sudahlah saatnya MAKAN!!!





...