Bulu halus di belakang leherku seakan terkena setrum
tingkat rendah. Berdiri dan aku merasa tidak nyaman saat itu. Suasana ganjil tiba-tiba
datang begitu saja. [Agak takut]
Kipas angin yang tertempel di dinding masih berputar agak
lamban, mungkin karena debunya yang belum dibersihkan. Poster besar dengan
gambar serial tv the walking dead terpampang
disamping meja belajar, tapi sudah agak robek di pinggirnya. Tumpukan sepatu
yang agak berantakan. Pintu lemari yang terbuka lebar. Bayangan putih besar
dengan rambut hitam berdiri diatasnya – bukan, tapi melayang. Lalu tertawa
pekik lembut. Kuntilanak itu tertawa dan kulihat dia tersenyum. Aku benar-benar
ketakutan sekarang.
“Ayo ikut aku keluar dari kamar ini,” Kuntilanak itu
berbicara pelan. “jangan hanya dikamar saja.”
Aku sedikit kaget mendengar dia berbicara seperti itu.
Kuberanikan menjawab walau sebenarnya takut. “Pergi kau, keluar dari kamarku!
Dan aku tidak mau ikut kau keluar.”
Kuntilanak itu hanya diam. Lalu menggerakan tangannya dan
menunjuk kesuatu arah. Lalu menghilang.
Mataku menjelajahi semua sudut kamar dan kuntilanak itu
tidak terlihat lagi.
Aku penasaran apa yang ditunjuk dia tadi. Aku yakin yang
ditunjuk tadi adalah kasur. Ada apa dengan kasurku ini. Aku membuka selimut
diatasnya tidak ada apa-apa. Kolong kasur. Mungkin ada sesuatu dikolong kasur. Aku
agak takut melihat kolong. Seperti film horor, kolong kasur mungkin ada hantu
yang lainnya muncul atau kuntilanak tadi itu muncul lagi.
Pelan-pelan merendahkan badanku lalu kutengok kolong
kasur ini. Suasana yang lebih ganjil aku rasakan malah sekarang. Aku tercengang
melebihi saat melihat kuntilank tadi. Rasa perih dan sakit tiba-tiba terasa di bagian
perutku.
Sebujur mayat kaku dari seseorang yang benar-benar aku
kenal dengan sebilah pisau tertancap. Diriku sendiri.
Aku tersadar kalau aku hanya
sesosok hantu.
Mati terbunuh dengan tancapan
pisau diperut.
...